Kab. Cirebon, PN
Ditengah menghadapi permasalahan cukup berat dalam penanggulangan serta penanganan optimal dan maksimal di tahun Pandemi Covid-19 rupanya tidak menghalangi RSUD Waled Kabupaten Cirebon untuk terus dapat meraih berbagai prestasi. Diantaranya Akreditasi SNARS Paripurna Bintang Lima, Juara II Tingkat Nasional SKPD Inovasi IT Peresepan Elektronik, Perwakilan Daerah untuk Institusi Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) Tingkat Nasional dan sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama dengan jejaring FK UGJ, FK Unpad dan beberapa institusi pendidikan kesehatan lainnya. Bahkan usai ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Penanggulangan Covid 19 dan berdasarkan SK Gubernur Nomor 445/KEP.224-Dinkes/2020, maka berbagai upaya terus dilakukan untuk penanganan pasien Covid-19. Salah satunya yakni dengan memisahkan pasien Covid-19 dan pasien Non Covid-19 di dalam sistem pemetaan pelayanan medis di RSUD Waled.
Seperti yang disampaikan Direktur RSUD Waled, H. Budi Setiawan Soenjaya, setelah ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan dan tempat pemusalaran jenazah Covid-19, hingga sejauh ini berbagai persiapan pun telah diupayakan dan dilakukan RSUD Waled. Diantaranya seperti penambahan ruang isolasi dan pemisahan tempat bagi pasien Covid-19 dan Non Covid-19, baik di IGD umum, IGD maternal dan Ruang OK. Dimana sejak Maret hingga Desember 2020 lalu, terhitung sekitar 747 orang atau pasien telah ditangani oleh RSUD Waled. Adapun beberapa pasien yang meninggal karena Covid-19 diantaranya disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya penyakit penyerta dan virus Covid-19 itu sendiri. ”Maka bisa dikatakan Covid-19 ini merupakan virus 10 wajah. Yang artinya, bisa dari faktor lain. Tidak hanya batuk, pilek dan demam, yang terindikasi Covid-19. Namun gejala lain, seperti diare pun bisa dinyatakan Covid-19. Meski demikian, perlu adanya tes swab terlebih dahulu untuk memastikannya,” terang Budi ketika didampingi Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Waled, H Zaenal Abidin dan Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUD Waled, dr. Yadi Supriadi.
Budi pun mencontohkan, bila ada seseorang yang baru kontak langsung dengan pasien Covid-19, bisa jadi hasilnya negatip. Karena, sistem imun pada tubuh orang tersebut masih tinggi. Akan tetapi, jika dilakukan tes swab tiga hari kemudian pasca kontak langsung dengan pasien Covid 19, besar kemungkinan hasilnya dapat positif. Untuk sebab itu, imun tubuh akan mulai melemah dan kemungkinan besar langsung terpapar Covid-19 itu sendiri. Menurutnya, masyarakat sepertinya masih kurang memahami dengan hasil tes swab, dimana seolah mereka merasa aman dari Covid-19 setelah dilakukan tes swab pasca kontak langsung dengan penderita. ”Padahal ketika seseorang kontak langsung dengan pasien Covid-19 itu perlu dilakukan beberapa kali tes swab untuk memastikan positif atau negatifnya dari paparan Covid-19. Edukasi ini perlu diketahui seluruh masyarakat dan sebagai upaya memberikan pemahaman dalam sistem penanganan pasien di rumah sakit saat pandemi ini. Kami mengundang pihak desa sekitar rumah sakit, guna sosialisasi SOP rumah sakit ini,” tururnya.
Ketika ditanya, adanya indikasi yang mengarah pihak rumah sakit meng-Covid-kan pasien yang meninggal dunia, dengan tegas Budi menjawab bahwasanya hal tersebut sangat tidak benar. Untuk itu dirinya sangat menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk dapat memahami SOP yang ada di RSUD Waled, karena hal tersebut dilakukan guna kepentingan dan kebaikan bersama. Selanjutnya Budi pun memastikan, untuk pasien yang tiba di rumah sakit tentunya segera dilakukan rekam medis atau riwayat pasien. ”Maka, kepada pasien dan keluarga pasien harus dapat memberikan data yang sebenarnya. Bila pasien dari zona merah, kami langsung lakukan tes swab. Justru, kalau meng-Covid-kan pasien tanpa alasan yang jelas, kita yang akan terkena sanksi,” tegasnya saat didampingi pula oleh Wakil Direktur Pelayanan RSUD Waled, Hj. Neneng Hasanah dan Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan RSUD Waled, H Widy Setyawan. (ries/Adv)