Pelita News Kabupaten Cirebon
Salah satu santri Bina Insan Mulia 1 mengalami luka dibagian tubuhnya setelah mendapatkan perlakuan yang sangat tidak wajar oleh oknum santri Bina Insan Mulia 1. Bermula saat melakukan komunikasi dengan menggunakan bahasa daerah asalnya, tak lama kemudian mendapatkan penganiayaan, pasalnya seluruh santri yang ada lingkungan Pondok Pesantren Bina Insan Mulia 1 diwajibkan ketika berkomunikasi wajib menggunakan bahasa internasional (bahasa inggris.red), sehingga ketika terdapat santri yang berkomunikasi tidak menggunakan bahasa yang telah ditetapkan diduga kuat akan mendapatkan sanksi dari pihak Pondok Pesantren (Ponpes).
hal tersebut yang dialami, santri Ponpes Bima Insan Mulia 1yang namanya dirahasiakan, diduga kuat Ia telah menjadi korban penganiayaan ketika dirinya bersama teman sekampungnya kepergok berkomunikasi menggunakan bahasa daerah asalnya.
“LG ngobrol sama teman, ngomongnya pake bahasa Jawa,”katanya.
Ia mengaku, mendapatkan banyak pukulan dari beberapa oknum santri Bina Insan Mulia 1 diwaktu malam hari, diduga setelah Ia dipergoki berkedapatan melakukan komunikasi dengan menggunakan bahasa daerahnya, berselang beberapa jam kemudian dirinya langsung mendapatkan penganiayaan.
“siangnya ngomong pake bahasa Jawa, malamnya dipanggil, lalu dipukuli,”ucapnya.
Di Ponpes Bina Insan Mulia 1, DS sampaikan, pihak ponpes mengharuskan seluruh santri berhasa Inggris di kesehariannya saat dilingkungan Ponpes tersebut.
“harus pake bahasa inggris kalau diPonpes,”paparnya.
Ia juga mengaku banyak mendapatkan pukulan dari oknum santri Bina Insan Mulia 1 dibeberapa titik bagian tubuhnya.
“dipukuli dibagian ini (muka dan kepala.red),”sebutnya.
Sementara itu Ustadz Saeful Mustajab ketika ditemui Jurnalis Harian Pelita News belum lama ini, enggan berkomentar banyak terkait dugaan adanya dugaan penganiayaan terhadap santri Bina Insan Mulia 1, diduga Ia memilih bungkam dan terkesan menutupi adanya oknum santrinya yang melakukan penganiayaan sesama santrinya.
“kemarin, Kami sudah bertemu dengan pihak keluarga,”bungkamnya.(suk/sur)