Indramayu,PN
Disebuah pematang sawah, seorang petani duduk temenung, sambil sesekali memandang bentangan air sepanjang mata memadang tepat didepan matanya. Sunardi,46 petani asal Desa Legok Kecamatan Bongas Kabupaten Indramayu, hanya bisa pasrah saat lahan sawah miliknya kini tegenang banjir setinggi 1 meter, yang menyebabkan ia dan petani lainnya belum bisa mengolah lahan sawahnya untuk segera tandur ( tanam) pada musim tanam (MT) rendeng. Hingga awal februari 2021 ini, hamparan lahan di blok rengas, belum bisa ditanam padi.” Habis bagaimana lagi mas, sawahnya masih terendam banjir hingga ketinggian 80 cm s.d 120 cm jelas tak bisa ditanami padi, mungkin baru bisa ditanam bila hujan sudah mulai renda, sehingga sungai tak meluap kesawah,”tutur dia.
Kondisi ini dirasakan ribuan petani lainnya di Kabupaten Indramayu yang harus menunda proses tanam karena genangan banjir.
Mungkin Sunardi, tebilang beruntung karena saat banjir merendam kawasan tesebut,ia belum melakukan proses tanam, sehingga tidak membuang biaya. Namun nasib tragis justru menimpa para petani lainnya yang sudah mengeluarkan modal untuk mengolah lahan, persemaian hingga proses tanam, dan harus menerima kenyataan padi mereka mati membusuk .”Untung saya belum tanam, banyak petani disini yang sudah mengeluarkan modal untuk proses tanam, setidaknya rata-rata Rp3 juta s.d Rp.5 juta/hektar sudah habis untuk persiapan tanam dan benih,” tutur dia.
Tejadinya rendaman banjir di wilayah kecamatan Bongas, Patrol dan Anjatan memang selalu tejadi pada saat puncak musim hujan, namun tahun ini diakui paling parah. Genangan banjir belum saja surut hingga 2 pekan terakhir ini.” Dulu tidak separah ini, karena air tak lama surut, namun sekarang entah kenapa banjir tak kunjung surut sehingga menyebabkan tertundanya proses tanam,”ungkapnya.
Disejumlah kecamatan andalan padi di Indramayu memang, tahun ini tampak begitu parah. Kondisi ini dikawatirkan juga akan berpengaruh pada hasil produksi musim tanam rendeng 2021.
Kegiatan tanam rendeng, yang dipastikan tidak serempak di bebeapa wilayah, seperti dituturkan tokoh masyarakat tani Indramayu H.Lumri SE dikawatirkan memicu munculnya serangan hama. Hal ini disebabkan siklus hama yang terus belangsung.” Kalau proses tanam tidak seremak, maka dapat dipastikan ketesediaan pangan bagi hama akan jauh lebih tejamin, sehingga siklus hama tidak teputus, contoh hama tikus dan burung yang kini merejalela menyerang tanaman padi,” ungkapnya.
Oleh karena itu, menurut Ketua Gapoktan Jaka Tarub Desa Penganjang ini, dibutuhkan usaha ekstra dari seluruh petani dalam mengendalikan hama.”Usaha keras yang jelas harus dilakukan jangan sampai gagal panen akibat serangan hama, upaya pemberantasan hama dilakukan serempak seluruh petani melalui kelompok tani masing-masing,” jelas dia.
Dinas pertanian tanaman pangan Indramayu, mengaku bila siklus alam temasuk tejadinya anomali cuaca di yang terjadi biasanya terulang dalam 5 tahun sekali, oleh karena itu semestinya petani sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri, dengan pola percepatan tanam, sebelum memasuki puncak musim hujan,”Barangkali pertimbangan percepatan tanam sesuai dengan rencana pelaksanaan tanam yang dibahas dalam persiapan RDKK kelompok selain membahas kuota kebutuhan pupuk, juga mempetimbangkan kapan saatnya proses tanam sehingga tehindar dari ancaman gagal tanam akibat banjir,” H.Anto salah seorang petugas penyuluhan Dispertan Indramayu.**(ichsan).