Indramayu, PN
Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan keselamatan, kesehatan, limpahan rezki dan berkah lainnya, Kepala Desa (Kuwu) dan perangkat desa, lembaga desa serta masyarakat Desa Rambatan Wetan Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat melakukan ritual bersih-bersih mandi di sungai Cimanuk Rambatan.
Bersih-bersih mandi di sungai merupakan salahsatu upaya untuk menjaga kearifan local adat desa yang telah diwariskan para pendahulu desa khususnya di bulan Maulud. Bersih-bersih merupakan rutinitas tahunan dan sudah dilakukan oleh para pendahulunya. Intinya, kalau di Cirebon dikenal dengan ritual panjang jimat, di Trusmi mandi di balong. Sementara kalau di Rambatan Wetan mandi di sungai Cimanuk Rambatan.
Hanya bedanya kata Tumiah kalau mereka sudah bisa menarik wisatawan, tradisi bersih-bersih di Rambatan Wetan belum sejauh itu. “Tradisi bersih-bersih di desa kami bisa saja menjadi tujuan wisata kalau sudah diketahui secara luas oleh masyarakat umum,” kata dia.
Lantas kenapa sungai Cimanuk yang dipilih? Alasannya karena sungai tersebut merupakan satu-satunya sungai besar yang melintasi Desa Rambatan Wetan dan airnya merupakan sumber kehidupan warga desa.
“Bersih-bersih memiliki arti luas, terutama yang positif. Bisa bersih badanya, bersih pikirannya atau bisa juga terbebas dari segala macam penyakit termasuk paparan COVID-19,” kata Kuwu Desa Rambatan Wetan, Hj. Tumiah usai bersih-bersih di sungai, Minggu (15/11/2020).
Ditanya sudah berapa tahun usia bersih-bersih di bulan Mulud atau Maulid, secara rinci ia mengaku kurang paham. Namun kegiatan ini sudah cukup lama dan biasa dilakukan oleh para kuwu sebelumnya. “Kami hanya meneruskan tradisi. Intinya, dengan meneruskan tradisi ini kami berupaya menjaga kearifan local yang sudah terbangun sejak puluhan mungkin ratusan tahun,” sebutnya.
“Melalui bersih-bersih mandi di sungai kami berharap agar masyarakat dijauhkan dari segala bentuk penyakit termasuk paparan COVID-19, dimudahkan dalam segara urusan oleh Allah SWT melalui berkah Maulud,” tandasnya.
Hal serupa disampaikan Sekdes Yoyo Siswoyo dan Lebe Ismail. Menurut mereka, bersih-bersih degan cara mandi di sungai sudah dilakukan para pendahulunya. Hanya saja kata dia, nilai kesakralannya tidak seperti saat ini.
Pada masa kuwu sebelumnya hanya dilakukan sendiri oleh Kuwu tanpa melibatkan pamong dan lainnya. “Saat ini semua perangkat desa, lembaga desa, RT/RW dan warga dilibatkan. Mereka beriringan dari kantor desa ke Sungai Cimanuk. Saat mengarak itu warga bersholawatan,” kata Yoyo.
Sementara itu Ketua BPD, Warsudi menyambut baik masih dilestarikannya adat/tradisi desa. Menurutnya, bersih-bersih merupakan salahsatu cara untuk melestarikan tradisi yang telah diwariskan oleh para pendahulu desa. (01/san)