Penulis
Agus Yudianto
Mahasiswa PDIM Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Pengajar Pada Fakultas Ekonomi, Universitas Wiralodra Indramayu , agus.yudianto@unwir.ac.id
Pendahuluan
Menjelaskan situasi budaya korporasi dan etika berbisnis nampaknya menempuh perjalanan yang tak mudah. Kenapa tidak, praktek kolusi seorang pengusaha atau seseorang dengan rekanannya tidak pernah senyap. Penguasaan terhadap berbisnis dan bertransaksi seperti praktek monopoli dan tender dagelan terus saja berlangsung, meskipun persoalan kaum para pekerja belum maksimal dalam hal kelayakan keejahteraan hidup. Gambaran saat ini menunjukkan bahwa dikotomi tentang etika berbisnis dianjurkan untuk difahami. Dengan tujuan untuk membangun konstruksi perjalanan berbisnis yang bergerak kegiatanya bukan hanya pada orientasi transaksional saja. Tetapi di pesankan pada moralitas dengan etika berbisnis secara baik dan benar sesuai kaidah-kaidah kemashlahatan masyarakat luas. Perlu dijelaskan bahwa setidaknya ada tiga alasan yang menunjukkan bahwa sangat urgent dari etika berbisnis dan membangun budaya korporasi. Yakni kegiatan usaha / bisnis merupakan sudah sunnatullah dan telah ada dimasa lalu.
Konsep inilah, bahwa budaya korporasi dan etika berbissnis akan menggambarkan bagaimana berbisnis dan membangun korporasi yang mempunyai nilai mashlahat dan nilai nilai kebaikan yang dibangun untuk masyarakat luas. Berikutnya membangun kuat pada citra organisasi / perusahaan dengan membangun image yang membangun korporasi dan menunjukkan bisnis dengan etika sebagai pemahaman membangun bisnis. Kemudian membangun nilai nilai yang menunjukkan karakter dan religious / sebagai rekonstruksi membangun korporasi dan etika yang berbisnis dengan harapan dan tujuan keridhoan.
Etika Berbisnis
Etika berbisnis menunjukkan dengan tujuan kegiatan usaha / bisnis yang memformulasikan dan mengimplementasikan konsep dasar dan secara prinsip etika bisnis yang merupakan kegiatan berbisnis antar manusia. Juga mensikapi dan melihat kegiatan bisnis yang tidak lepas dari nilai nilai moralitas dan etika yakni hubungan yang terlibat dalam praktek bisnis/transaksi.
Etika berbisnis adalah untuk melakukan dan sebagi tindakan kita untuk memahami yang ada nilai-nilai kebaikan dan keikhlasan (An-taradhin) untuk berperilaku baik. Berbisnis adalah dampak perilaku etis yang mesti jalankan dan bertindak yang berperilaku etis dan komitmen serta tanggungjawab terhadap dimensi perilaku manusia sholeh dan beramal baik. Dijelaskan lebih lajut problemnya adalah bagaimana implementasi bisnis beretika yang di riilkan pada orgaanisas/perusahaaan yang sesuai budaya kita untuk itulah budaya oorporasi (corporate Culture) sangat signifikan terhadap peran pada organisasi terhadaap penerapan etika berbisnis.
Budaya Koorporasi
Konsep budaya perusahaan didefinisikan yang merupakan instrument nilai, etika dan norma, juga kepercayaan yang memhami adanya kesepakatan dan secara mendalam bahwa karyawan dan perusahaan Kemudian untuk dipahami lebih lanjut bahwa pekerja/karyawan perusahaan dan terisnpirasikan pada perilaku karyawan dengan kepentingan perusahaaan sebagai kebijakan yang menjamin karyawan berperilaku sesui budaya dan etika. Dengan membangun budaya perusahaan inilah sebagai pembentukan perilaku staf / karyawan / pekerja yang akan terbentuk dan sebagai inti dari pembentukan budaya perusahaan yang di tanamkan. Pada prakteknya bahwa tidak semua korporat yang mempunyai membangun budaya korporasi dengan baik dan ditanamkan. Justru budaya korporasi yang dibangun dengan baik mempunyai dampak dan pemahaman dari perilaku setiap karyawan di perusahaan /organisasi. Yang berkaitan dengan nilai-nilai aturan budaya korporasi yang tentu berdasarkan komitmen dari level top manajer sampai ke lini bawah.
Dengan demikian perusahaan perlu memaknai dengan nilai-nilai Islam sebagai intervensi nilai nilai konvensional yang belum mambangun nilai nilai budaya dan etika berbisnis dengan mengutamakan nilai-nilai Islam yang dibangun yaitu dengan budaya membangun networking loyalitas pekerja dengan values Islamic yaitu silaturahmi networking behavior of employees. Maka dibutuhkan proses internalisasi yang lebih mendalam nilai-nilai dan norma etika dan budaya yang bisa beradaptasi dan mampu menunjukkan solidaritas dan kebersamaan.
Lebih lanjut di jelaskan Adaptasi eksternal mengacu pada bagaimana organisasi mencapai tujuannya dan berurusan dengan pihak luar. Budaya membantu memandu kegiatan sehari-hari pekerja untuk mencapai tujuan tertentu. lebih lanjut dijelaskan budaya perusahaan sebagai nilai-nilai yang dianut secara luas dalam suatu organisasi yang memberikan koherensi dan kerjasama untuk mencapai tujuan Nickels et al (2011).
Integrasi Nilai Etika
Permasalahan budaya korporasi.yang membeku terhadap mentalitas dan karakter yang utuh, tentu dengan memperhatikan dari dimensi dan indicator nilai nilai etika dan budaya korporasi. Yakni membentang usaha dan bisnis yang beragam kegiatan yang di operasionalkan, hal strength dan weakness merupakan hal yang diketahui oleh perusahaan sebagai kata kunci internal. Dan termasuk sisi eksternal yakni Oportunity dan treat, yang berpotensi adalah dasar dari dasar bisnis yang diformulasikan keda lam bentuk visi, misi dan tujuan perusahaan Dengan harapan budaya dan etika korporasi bisa memperkuat oragnisasi yang beradaptasi dan sustainable artinya bahwa dapat diartikan sebagai bisnis yang berkelanjutan, baik dalam menghasilkan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang.dijelaskan oleh Scott, J. T. (2013) dalam konteks bisnis ‘berkelanjutan’ atau sustainability melibatkan proses dan tindakan yang menjaga perusahaan dari waktu ke waktu.
Dalam hal ini, manfaat yang dimaksud tidak terbatas pada keuntungan materi atau profit. Perusahaan yang adaptif terhadap perubahan perlu memiliki kemampuan internal untuk mengelola dan mengadaptasi sumber-sumber baru menjadi asset strategis seperti sumber inovasi, teknologi maju, pertukaran dan kombinasi pengetahuan. Kemampuan inti perusahaan untuk beradaptasi dan melakukan inovasi menjadi fakctor kunci untuk meningkatkan kinerja inovasi perusahaan. Kemampuan inovasi merupakan aset atau sumber khusus yang mencakup pengetahuan, pengalaman, organisasi, proses, produk dan teknologi. Kemampuan inovasi merupakan kapasitas mengembangkan dan mengadopsi produk dan teknologi untuk memuaskan kebutuhan pasar masa depan (Cheng & Yang, 2017)
.Kemudian mengidentifikasikan yaitu menentukan factor-faktor yang bertujuan di kristalkan dengan model budaya korporasi. Dalam Perspective On Organizational Communications, Daniel et al (1997), membahas tentang Budaya Organisasi dari Sudut pandang multi perspektif. Setidaknya ada tiga yaitu Pertama Budaya Organisasi Perspektif Tradisional. Dalam perspektif ini, budaya merupakan karakter yang dimiliki organisasi, baik itu dalam struktur maupun teknologi yang digunakan oleh perusahaan tersebut. Jadi budaya organisasi dalam perspektif ini dapat dilihat dari bagaimana struktur organisasinya, teknologi apa yang digunakan. Jika struktur organisasi yang ada semakin rumit dan teknologi yang digunakan semakin canggih, maka kredibilitasnya semakin baik., Kedua Budaya Organisasi Perspektif Interpretif yaitu sebagai kesuluruhan nilai, proses, struktur yang tampak dalam organisasi. Perbedaan perspektif interpretif dengan tradisional adalah soal penilaian budaya organisasi, sebagai proses berbagi antar anggota. Ketiga Budaya Organisasi Interpretif Kritis yakni menganalisis fakta yang ada, membuat beberapa gagasan dan mempertahankan gagasan tersebut kemudian membuat perbandingan. Pendekatan ini membutuhan telaah time long sebab untuk membangun dengan paradigm budaya korporasi yang kuat. Sebab menyangkut kaitanya dengan ekosistem yang ada di perusahaan yaitu terutama para pekerja / karyawan.
Proses penentuan membangun langkah ini adalah proses yang sangat menentukan dalam membangun budaya korporasi, saat inilah untuk mengintegrasikan value yang berperan dimensi beretika untu membangun terbentuknya budaya korporasi. Substansial langkah integrasi values ini adalah dari tahap memformulasikan konsep etika yang bertujuan akhir dari makna visi perusahaan. Dengan maksud memperlihatkan dan menganalisa etis dari suatu kegiatan usaha / berbisnis. Sehingga diharapkan mampu untuk menampilkan dengan nilai-nilai etik yang tentu bisa di fahami dan di jalankan (ethical values are carried out). Konsep etika hal ini tentu dijalankan suatu indicator yang sangat kuat dan urgent untuyk dimplementasikan terhadap proses menumbuhkan budaya korporasi. Sehingga diharapkan secara fase dimensi etika dan indicator lainya untuk diintegrasikan secara penuh untuk kerangka budaya korporasi.
Lebih lajut di terangkan bahwa jalanya budaya korporasi ini dapat memberikan masukan dan harpan tujuan utama terhadap mekanisme proses pendalaman nlai-nilai etika pada kegiatan usaha / bisnis yang berharap bukan kemudharatan tetapi membangun dengan integrasi nilai nilai islam yang menuju kemashlahatan para karyawan. Budaya korporasi adalah struktur nilai etika dan norma yang di fahami secara komprehensif dan termaktub dalam langkah setiap perilaku karyawan baik dilingkungan internal dan ekternal / perusahaan, maka dengan demikian nilai-nilai etka yang dibangun adalah merupakan kerangka dari budaya korporasi. Tentu nilai-nilai itegrasi inilah yang menjadikan pemahaman yang akan membawa dampak kebaikan dan beretika dengan santun sebagai integrasi nilai nilai para pelaku usaha/bisnis dengan aktivitas yang dilakukanya dengan baik dan bermanfaat serta halal.