Kab. Cirebon, PN
Hari ini, Selasa (15/12), Pemdes Ciawiasih Kecamatan Susukanlebak bersama Tim Posyandu dan Tim Kesehatan Desa menggelar Penggalangan Komitmen Penanganan Stunting di Desa Ciawiasih. Dalam komitmennya tersebut akan terus berupaya menekan dan meminimalisir kasus stunting dengan melibatkan pihak-pihak instansi terkait dan lembaga desa yang ada untuk terus pro aktif dalam menyikapi persoalan stunting guna memaksimalkan generasi yang tumbuh sehat. Berdasar data yang diperoleh PN, kondisi awal kasus stunting di Desa Ciawiasih per Tahun 2019 lalu terdapat sebanyak 96 balita atau sekitar 27,8 persen, namun per Juli 2020 kasus stunting menurun dengan capaian 14 persen atau tersisa 54 balita. Pantauan PN, dalam giat Penggalangan Komitmen Penanganan Stunting ini nampak dihadiri langsung oleh Camat Susukanlebak, Instansi-instansi terkait, Lembaga Desa, Babinsa, Bhabinkamtibmas dan kalangan ibu-ibu warga Desa Ciawiasih.
Seperti yang disampaikan Bidan Desa Ciawiasih, Nining Niawati Suhermanto, S.ST, menurutnya dengan capaian awal 96 kasus stunting di Desa Ciawiasih tentunya sangat tidak sesuai dengan harapan target WHO yang kurang dari 20 persen. Namun, setelah penanganan stunting dibantu melalui sumber anggaran Dana Desa dan berbagai bantuan dari multisektor, kasus stunting di Desa Ciawiasih per Juli 2020 pun menurun hingga 14 persen atau tersisa sebanyak 54 balita/kasus yang hingga kini masih dalam masa penanganan oleh Kader Pembangunan Masyarakat (KPM) dan Tim Kesehatan Desa Ciawiasih yang kompak dan solid. ”Untuk itu kami menilai perlu adanya penggalangan komitmen penanganan stunting berkelanjutan di Desa Ciawiasih dengan melibatkan seluruh instansi-instansi terkait. Adapun untuk validasi stunting sendiri sejauh ini kami bersama Tim Posyandu dan Tim Kesehatan Desa terus melakukannya disetiap tiga bulan sekali,” terangnya.
Masih disampaikan Nining, pengertian stunting sendiri adalah gagal tumbuh yang lebih dikarenakan faktor kekurangan nutrisi yang kronis atau yang lama sehingga berdampak pada bayi-bayi yang kerdil atau pendek. Dengan gagal tumbuhnya bayi tentunya secara otomatis berdampak atau efeknya bagaimana generasi penerus bisa membangun desa yang baik jika generasinya sendiri kurang sehat atau terlibat dalam kasus stunting. Untuk itu pihaknya akan bekerja keras dengan terus melakukan pencegahan stunting yang intervensinya dengan memberikan nutrisi dan pemantauan skala prioritas di 1000 hari pertama kehidupan (HPK) sampai umur dua tahun. Selanjutnya, pada agenda penggalangan komitmen penanganan stunting ini juga pihaknya melakukan Launching “Posyandu Remaja Asah Asih” sebagai Pusat Informasi Dan Konseling (PIK) Remaja. Dimana Posyandu Remaja ini baru ada dan menjadi yang perdana di wilayah Kecamatan Susukanlebak. ”Dalam pencegahan stunting dirasa perlu juga melibatkan para remaja, tujuannya tidak lain agar melalui remaja ini lebih jauh hari dapat menjaga pola hidup sehat. Dan dengan Triad Genre me’nol’kan resiko rawan remaja, karena di usia remaja sangat rawan seksual bebas, HIV dan seks pra nikah,” tuturnya. (ries)