Indramayu PN
Keberadaan sekolah luar biasa (SLB) Mutiara Hati Indramayu yang berada di Jalan Pahlawan gamayou seolah luput dari perhatian Pemkab Indramayu.
Sejak berdiri tahun 2015 silam SLB swasta dibawah Yayasan gempur gakin Indramayu ini kegiatannya terus berjalan. Saat ibi memiliki i 60 siswa dari jenjang Tk,SD,SMP, hingga SMA khususnya mendidik anak tuna rumus dan tuna bicara yang datang dari berbagai daerah di indramayu.” Kita merupakan SLB khusus tunarungu dan tunawicara selain melakukan pendidikan formal juga melatih berbagai keterampilan khususnya mulai dari jenjang SMP SMA seperti tata boga, tata rias.kerajinan tangan dan teknologi komputer (IT) menorehkan prestasi mulai tingkat kabupaten provinsi bahkan nasional.” Tutur Kepsrk SLB Mutiara Hati Arningsih M.Pd.
Diakui SLB Mutiara Hati yang lebih tepatnya sekolah berkebutuhan khusus (SKH) satu-satunya di Indramayu ini dengan berbagai keterbatasan saat ini tetap berupaya mampu menciptakan kualitas pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, sehingga mereka nantinya bisa mandiri,” Kita SLB swasta mungkin selama ini perhatian pemerintah termasuk Pemkab Indramayu Lebih banyak ke SLB Negeri Namun kita tetap berusaha untuk mewujudkan SDM di Indramayu khususnya bagi anak-anak berkebutuhan khusus .” tandas dia.
Sejumlah prestasi yang diraih SLB Mutiara Hati diantaranya menorehkan prestasi di bidang teknologi Informatika i sebagai juara dua tingkat Nasional atas nama Carnoto di bidang tata boga atas nama Dita,kerajinan tangan Arida kerajinan barang bekas Arafah dan di bidang olahraga atletik tingkat provinsi Santi.” Anak-anak Kami sebenarnya tidak kalah dengan anak didik lainnya dengan sejumlah SLB di Indramayu oleh karena itu harapan kami Mutiara hati juga mendapatkan perhatian dan bantuan dari Pemkab Indramayu untuk kelanjutan kegiatan di sekolah ini.” ungkapnya.
Keterbatasan fasilitas diakui masih menjadi kendala diantaranya kebutuhan alat dengar yang jumlahnya masih terbatas.” Waktu di era bupati sebelumnya kita mendapatkan 40 set alat dengar sementara kini jumlah siswa sudah mencapai 60 orang sehingga jelas Kurang 1 unit alat dengar harganya bisa mencapai Rp3.juta sedangkan dana BOS yang diterima setiap tahunnya hanya mencapai RP 120 juta setahun itu untuk kebutuhan operasional sekolah saja tidak cukup.”tuturnya.
Ketua Yayasan gempur gakin Indramayu Haji Muhammad Sofyan mengakui hadirnya SLB Mutiara Hati merupakan bagian dari peran masyarakat dalam menjawab akan tuntutan adanya sekolah khusus tunarungu dan tunawicara yang ternyata sejak awal berdiri disambut antusias para orang tua yang memiliki anak betkebutuan khusus.” mereka juga anak-anak Indramayu butuh perhatian dan bimbingan dengan memberikan pendidikan yang cukup hingga keahlian sehingga keberadaan sekolah khusus ini masih sangat dibutuhkan keberadaannya termasuk dukungan dan perhatian pemerintah maupun masyarakat yang peduli akan nasib generasi penerus bangsa.* tuturnya.
Dia menambahkan mereka anak-anak didik Pada umumnya memiliki kecerdasan normal seperti anak pada umumnya. hanya saja terkendala dengan pendengaran sehingga memiliki keterbatasan komunikasi dengan anak-anak lainnya bahkan beberapa diantaranya menunjukkan kecerdasan lebih tak kalah dengan anak normal pada umumnya.( ichsan)SLB Mutiara Hati Indramayu
Sarat prestasi ditengan keterbatasan
Indramayu PN
Keberadaan sekolah luar biasa (SLB) Mutiara Hati Indramayu yang berada di Jalan Pahlawan gamayou seolah luput dari perhatian Pemkab Indramayu.
Sejak berdiri tahun 2015 silam SLB swasta dibawah Yayasan gempur gakin Indramayu ini kegiatannya terus berjalan. Saat ibi memiliki i 60 siswa dari jenjang Tk,SD,SMP, hingga SMA khususnya mendidik anak tuna rumus dan tuna bicara yang datang dari berbagai daerah di indramayu.” Kita merupakan SLB khusus tunarungu dan tunawicara selain melakukan pendidikan formal juga melatih berbagai keterampilan khususnya mulai dari jenjang SMP SMA seperti tata boga, tata rias.kerajinan tangan dan teknologi komputer (IT) menorehkan prestasi mulai tingkat kabupaten provinsi bahkan nasional.” Tutur Kepsrk SLB Mutiara Hati Arningsih M.Pd.
Diakui SLB Mutiara Hati yang lebih tepatnya sekolah berkebutuhan khusus (SKH) satu-satunya di Indramayu ini dengan berbagai keterbatasan saat ini tetap berupaya mampu menciptakan kualitas pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, sehingga mereka nantinya bisa mandiri,” Kita SLB swasta mungkin selama ini perhatian pemerintah termasuk Pemkab Indramayu Lebih banyak ke SLB Negeri Namun kita tetap berusaha untuk mewujudkan SDM di Indramayu khususnya bagi anak-anak berkebutuhan khusus .” tandas dia.
Sejumlah prestasi yang diraih SLB Mutiara Hati diantaranya menorehkan prestasi di bidang teknologi Informatika i sebagai juara dua tingkat Nasional atas nama Carnoto di bidang tata boga atas nama Dita,kerajinan tangan Arida kerajinan barang bekas Arafah dan di bidang olahraga atletik tingkat provinsi Santi.” Anak-anak Kami sebenarnya tidak kalah dengan anak didik lainnya dengan sejumlah SLB di Indramayu oleh karena itu harapan kami Mutiara hati juga mendapatkan perhatian dan bantuan dari Pemkab Indramayu untuk kelanjutan kegiatan di sekolah ini.” ungkapnya.
Keterbatasan fasilitas diakui masih menjadi kendala diantaranya kebutuhan alat dengar yang jumlahnya masih terbatas.” Waktu di era bupati sebelumnya kita mendapatkan 40 set alat dengar sementara kini jumlah siswa sudah mencapai 60 orang sehingga jelas Kurang 1 unit alat dengar harganya bisa mencapai Rp3.juta sedangkan dana BOS yang diterima setiap tahunnya hanya mencapai RP 120 juta setahun itu untuk kebutuhan operasional sekolah saja tidak cukup.”tuturnya.
Ketua Yayasan gempur gakin Indramayu Haji Muhammad Sofyan mengakui hadirnya SLB Mutiara Hati merupakan bagian dari peran masyarakat dalam menjawab akan tuntutan adanya sekolah khusus tunarungu dan tunawicara yang ternyata sejak awal berdiri disambut antusias para orang tua yang memiliki anak betkebutuan khusus.” mereka juga anak-anak Indramayu butuh perhatian dan bimbingan dengan memberikan pendidikan yang cukup hingga keahlian sehingga keberadaan sekolah khusus ini masih sangat dibutuhkan keberadaannya termasuk dukungan dan perhatian pemerintah maupun masyarakat yang peduli akan nasib generasi penerus bangsa.* tuturnya.
Dia menambahkan mereka anak-anak didik Pada umumnya memiliki kecerdasan normal seperti anak pada umumnya. hanya saja terkendala dengan pendengaran sehingga memiliki keterbatasan komunikasi dengan anak-anak lainnya bahkan beberapa diantaranya menunjukkan kecerdasan lebih tak kalah dengan anak normal pada umumnya.( ichsan)