Slawi – Pelita News
Ada dugaan penggunaan limbah untuk pembakaran penambangan batu kapur di bukit Karangasem, De sa Karangdawa, Kecamatan Marga sari, Kabupaten Tegal sebagai ke dok belaka, namun ujung ujungnya kepentingan bisnis jasa pembua ngan limbah.
“Bisa jadi hanya sebagai kemasan belaka, sebab bila diperhitungkan dari sisi hasil omset pengunaan ba tu ka.pur saat ini kayaknya tidak se imbang atau kurang memadai,” ujar Ir Khaerudin selaku kepala seksi di Kantor Lingkungan Hidup Pemkab Tegal ketika sempat bincang bin cang dengan Pelita News di ruang kerjanya, Senin (20/1) kemarin.
Bisa dibayangkan, dulu batu kapur banyak digunakan untuk campur proses pembuatan gula pasir di PG (pabrik gula), tapi sekarang banyak PG tutup tidak beroperasi.
Lantas untuk kebutuhan campuran bahan ba ngunan, sekarang masya rakat lebih memilih menggunakan semen (PC).
“Jadi kalau pengrajin masih melakukan pemba karan batu kapur, kebutuhannya untuk apa ? Ini yang jadi pertanyaan kita bersama sampai se karang,” kata Khaerudin.
Karena itu bisa jadi soal pembakar an batu ka pur disana hanya seba gai “kedok” dengan mak sud supaya bisnis jasa pembuangan limbah yang dikirim dari kota kota besar seperti Jakar ta dan Surabaya ke Tegal khususnya di Desa Karangdawa terus berjalan, mengingat mem buang limbah yang memiliki kandugngan B3 (bahan beracun dan berbahaya ) itu tidak mu dah dan riskan di masyarakat.
Namun untuk menangani masalah ini, kata Khaerudin bukan wenang kantor LH melainkan kepolisian. Be gitu pula untuk pemberian ijin dan pencabutannya itu ada dari kantor LH daerah kabupaten, ada dari provinsi dan juga dari pusat. Sehingga semua itu membutuhkan proses dan prosedur.
Maka kesimpulan Khaerudin untuk menindak lanjuti aspirasi dari aksi demo masyarakat De sa Jatilaba saat ini Timnya sedang dipersiap kan.Timnya terdiri pejabat Forkom inda seperti kepolisian, kodim dan kejaksaan, sedangkan SKPD terka it diantaranya, LH, Satpol, Dinkes, Bappeda, Pertanian.
Namun yang perlu disikapi pula soal pengawas an terhadap pembuangan limbah yang perlu diwaspadai adalah membuang secara liar. Seperti keluhan masyarakat Songgom ( wilayah Kabupaten Brebes) soal limbah yang jadi pe nyebab banyak ternak unggas mati itu kata Khaerudin tidak mesti karena limbah dari Ka rangdawa, sebab jauh jaraknya, dan bisa jadi itu karena ada pembuangan limbah secara liar yang lepas pengawasan.
Sebab informasinya pengiriman limbah selalu datang pada malam hari di daerah Karangda wa, sekali datang mencapai 5 – 7 truk tronton. (Sam Anhar/Jibril).