Cirebon | Pelita News. — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025, yang mengungkap kabar baik sekaligus tantangan besar di sektor keuangan Indonesia.
Menurut Kepala OJK Cirebon Agus Muntholib, Tingkat literasi keuangan masyarakat naik menjadi 66,46%, atau meningkat 1,03% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, tingkat inklusi keuangan yaitu akses dan penggunaan produk keuangan melonjak lebih tajam menjadi 80,51%, naik 5,49% dari tahun 2024.
Namun, ada satu hal yang jadi sorotan: selisih (gap) antara literasi dan inklusi kini mencapai 14,05%, meningkat dari 9,59% di tahun sebelumnya. Artinya, banyak masyarakat sudah menggunakan produk keuangan, tapi belum sepenuhnya paham cara kerjanya. Ini berisiko menimbulkan masalah di kemudian hari.
OJK Cirebon Gerak Cepat Persempit Gap, Menanggapi hal ini, OJK Cirebon langsung tancap gas. Edukasi keuangan terus digencarkan lewat berbagai cara, termasuk:
Agen Laku Pandai untuk layanan perbankan di pelosok, Bank Mini Sekolah dan Kampus untuk pelajar dan mahasiswa, Galeri Investasi BEI dan Edukasi untuk memperkenalkan pasar modal sejak dini.
Langkah ini diyakini bisa menyentuh lebih banyak segmen masyarakat dan mengedukasi mereka tentang risiko, manfaat, dan cara aman menggunakan layanan keuangan.
Program TAKON OJK: Solusi Praktis untuk Warga Daerah, Tak hanya edukasi, OJK Cirebon juga memperkuat sisi perlindungan konsumen. Salah satunya melalui program unggulan “TAKON OJK (Tanya dan Konsultasi Keuangan)”, yang memungkinkan warga berkonsultasi langsung tanpa harus datang ke kantor OJK. Program ini telah diluncurkan di 40 kecamatan di Kabupaten Cirebon sebagai pilot project.
Kini, masyarakat bisa **mengadu, konsultasi, atau minta bantuan soal masalah keuangan cukup lewat kantor kecamatan terdekat. Ini langkah nyata mendekatkan layanan ke masyarakat akar rumput.
Waspadai Keuangan Ilegal, Laporkan Lewat Portal Resmi
OJK juga menyediakan berbagai kanal pengaduan resmi yang bisa dimanfaatkan masyarakat:
Indonesia Anti Scam Centre (IASC) untuk laporan penipuan dan scam keuangan, SIPASTI untuk pelaporan pinjol dan investasi ilegal, SIPELAKU untuk mengidentifikasi pelaku fraud di sektor jasa keuangan.
Kepala OJK Cirebon Agus Muntholib, menegaskan pentingnya memahami produk keuangan sebelum menggunakannya, agar masyarakat tidak hanya “melek rekening” tapi juga cerdas dalam mengelola keuangannya. Literasi bukan sekadar tahu, tapi tentang mengambil keputusan keuangan yang bijak dan aman.@Bams