Indramayu, PN
Kabar duka kembali menyelimuti nasib Pekerja Migran Indonesia (PMI), kali ini dialami Durinah. PMI asal Desa Pranggong Kecamatan Arahan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat ini hilang kontak selama 11 tahun di Arab Saudi.
Wanita kelahiran 1994 ini, pada 26 November 2011, menjadi PMI ke Arab Saudi melalui PT. Dian Bhakti Setia, Tebet Jakarta Selatan. Saat diberangkatkan usia Durinah 17 tahun dan saat ini berumur 28 tahun.
Sekertaris Garda BMI cabang Indramayu, AT Cahyoto membenarkan Durinah hilang kontak selama 11 tahun di Arab. Hal itu kata di berdasarkan laporan aduan pihak kelurga PMI, Wastara warga Desa Pranggong Kecamatan Arahan Kabupaten Indramayu.
Terkait kasus PMI hilang kontak selama 11 tahun sambungnya, perlu adanya penelusuran lebih intens tentang basis data Durinah dan pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak pemerintah untuk menemukan data PMI tersebut.
“Kita akan melakukan penelusuran data di BP2MI, kita juga akan mengontak rekan kita di DPLN Garda BMI di Riyad Arab Saudi untuk inten melakukan pencarian PMI hilang kontak baik di media cetak dan elektronik. Dengan pencarian itu diharapkan ada kejelasan tentang kasus PMI tersebut apakah masih hidup atau sudah meninggal,” ujar dia kepada awak media, Minggu (26/6/2022).
AT Cahyoto menegaskan adanya keseriusan dari pihak pemerintah terutama Kemenlu melalui Direktorat BHI PWNI serta KJRI Riyadh Arab Saudi untuk melakukan investigasi mengenai keberadaan PMI tersebut layaknya pencarian anak Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz di sungai Aare di Swis. Pasalnya pihak keluarga di Indramayu sangat mengharapkan kasus ini menemui titik terang. Mereka saat ini tak bisa berbuat banyak, mereka larut menahan tangis memikirkan anaknya yang hilang kontak.
“Kami berharap pencarian PMI Durinah supaya serius seperti pencarian anak Gubernur Jawa Barat saat hilang di sungai Aare Swis, seluruh orang sibuk dan bergerak sehingga dalam jangka waktu yang singkat bisa ditemukan,” harapnya.
Cahyanto menghimbau untuk bersama sama bergerak dan mencari keberadaan PMI tersebut.
“Durinah simbol kelemahan sebagai warga negara yang belum sejahtera di negeri sendiri sehingga di usia mudanya, Durinah memilih menjadi PMI ke luar negeri, sedangkan Wastara adalah simbol rakyat jelata, sekaligus seorang ayah yang tak berdaya. Hatinya hanya bisa berkata dan berdoa semoga Allah SWT menunjukkan jalan terbaikNya agar dirinya bisa bertemu dengan anaknya yang hilang kontak,” kata Cahyoto tak kuasa meneteskan air matanya ketika menceritakan kronologis PMI hilang kontak.
Sementara itu, Wastara berharap adanya kejelasan tentang keberadaan anaknya yang hilang kontak selama 11 tahun di Arab Saudi apakah masih hidup ataukah sudah meninggal.
Ia menceritakan, Durinah sempat menghubungi pihak keluarga sebanyak tiga kali pada 2011 sesaat setelah bekerja di Arab Saudi.
“Informasi terakhir yang di terima pihak keluarga, Durinah sempat menelpon pada tahun 2011 tentang keberadaannya di KBRI Riyadh. Dia memastikan dalam keadaan baik dan pihak keluarga jangan mencemaskannya dan ia berjanji akan menghubungi kembali. Namun selepas itu Durinah hilang kontak sampai sekarang dan tidak ada kabar beritanya,” beber Wastara di Sekre Garda BMI Indramayu.
Sementara itu, berdasarkan informasi yang didapat, PJTKI yang memberangkatkan Durinah sudah dinyatakan gulung tikar semenjak pemerintah melalui Kemenaker RI mengeluarkan Peraturan Menaker No:260/2015 tentang Pelarangan Pekerja Migran Indonesia Untuk Wilayah Penempatan Negara-Negara Timur tengah. (saprorudin)