Indramayu, PN
Calon Wakil Bupati (Cawabup) Indramayu, Hj. Ratnawati menyantuni kaum dhuafa dan anak yatim. Pemberian santunan Cawabup yang berpasangan dengan Cabup, Muhamad Sholihin (Sholawat) ini dipusatkan dikediaman cawabup di Desa Jatibarang Baru Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu, Sabtu (26/09/2020) malam.
Cawabup, Hj. Ratnawati mengatakan pemberian santunan kepada kaum dhuafa dan anak yatim sudah biasa dilakukan pihaknya bahkan sejak usia anaknya masih berumur 2 tahun saat masih menempati rumah kecil di Bekasi. Saat itu sekira tahun 2002, anaknya mau ulang tahun dan untuk menyenangkan anaknya, pihaknya mengundang kaum dhuafa dan anak yatim serta seorang ustadz yang juga masih kerabatnya saat di SMA untuk memberikan tausiah.
Ustadz terkesan dengan pemberian itu dan berpesan kepadanya untuk meneruskan pemberian itu baik saat senang atau ada kegiatan/keinginan untuk melibatkan mereka. Karena dengan mengundang mereka insyaalla doa-doa mereka salahsatunya diijabah oleh Allah SWT.
“Momen ulang tahun itu kami dijadikan sarana pembelajaran bagi anak saya untuk berbagi dengan sesama,” kata istri anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat, Herman Khaeron ini usai pemberian santunan sembari menambahkan berbagi itu juga meneladani sosok ibundanya karena ditengah keterbatasan masih bisa berbagi.
Hadir pada kesempatan tersebut, Cabup Muhamad Saholihin, Anggota DPR RI Fraksi Demokrat, H. Herman Khaeron, Anggota DPR RI Fraksi PKB, H. Dedi Wahidi, Ketua DPD PKS Indramayu, Tauhid, Ketua DPC Demokrat, Sribudiharjo Herman, pengurus Hanura, H. Ahmad Fathoni, Ketua Fraksi PKB DPRD Indramayu, Amroni dan lainnya.
Ratnawati menegaskan peberian santunan kepada dhuafa dan anak yatim insyaallah sudah rutin dilakukan pihaknya baik itu ada niat atau tidak ada niat termasuk salahsatunya membangun masjid di wilayah Kecamatan Cadangpinggan Kabupaten Indramayu yang hampir selesai. Sementara lahan dibelakang masjid ingin dimanfaatkan pembelajaran hafidz secara gratis khususnya bagi bagi anak-anak yatim dan dhuafa.
“Santunan itu bukan karena saya mencalonkan diri sebagai calon wakil bupati mendampingi Cabup Sholihin di Pilkada Indramayu 2020 tapi jauh-jauh hari sudah kami lakukan,” tegasnya.
Ia mengaku merupakan anak yatim saat usianya 17 tahun namun demikian ia dan saudara-saudaranya dibimbing oleh kakeknya bukan budaya menerima.
Santunan ini merupakan motivasi bagi anak-anak yatim dan dhuafa bahwa kita juga bisa untuk memberi. Ibu saya janda dengan 7 orang anak. Ibu tidak bekerja tapi beliau bisa menyantuni keluarga-keluarga yang tidak mampu.
“Ibunda contoh kongkrit bagi saya meski dalam kondisi susah namun masih bisa berbagi. Berbagi itu tidak saja dalam keadaan senang kami sudah dididik untuk berbagi meski dalam kondisi seadanya,” bebernya.
Ditanya jika terpilih apa akan membuat rumah yatim? Ia mengatakan akan diskusikan dengan para pihak terutama dengan pak Bupati. Intinya, apabila APBD memungkinkan tidak saja anak yatim dan dhuafa tapi pihaknya sepakat untuk memakmurkan masjid, sekolah/madrasah swasta, pesantren.
Sementara itu Cabup Muhamad Sholihin membenarkan jika terpilih nanti akan memakmurkan masjid, memberdayakan guru ngaji, guru madrasah, dhuafa, anak yatim, fakir miskin dan orang tidak mampu. Mereka kata Ketua DPC PKB Indramayu ini, harus difasilitasi oleh APBD.
“Kami akan melaunching 3 kartu mulia. Pertama kartu untuk guru ngaji, dhuafa, fakir miskin dan orang tidak mampu. Kartu tani dan nelayan dan kartu kewirausahaan,” kata dia.
Dengan 3 kartu mulia itu, sambungnya, menjadi wujud komitmen pihaknya kedepan ingin memperhatikan mereka bukan hanya saat momentum seremonial tapi dianggarkan dalam APBD.
“Kita sudah menghitung sekira Rp.100 miliar untuk kebutuhan guru ngaji, guru madrasah, imam masjid, mushola, petani, buruh nelayan. Mereka yangh kurang berdaya kita support atau diberdayakan tentu dengan dianggarkan di APBD secara kongkrit bukan incidental tapi secara simultan,” tegasnya.
3 kartu mulia itu akan dikaji dan dievakuasi pihaknya untuk menjadi program pilihan Sholawat untuk mencari simpati rakyat yang pada akhirnya menjadi implementasi program yang sesungguhnya.
“Saya tidak ingin membuat perda yang hanya sebatas menjadi mercusuar tapi implementasi nol. Kami mengkalkulasi, menghitung tentang kebutuhan bagaimana petani, buruh menjadi berdaya bagaimana guru ngaji, guru madrasah kesejahteraannya diperhatikan,” tekadnya. (01/san)