Brebes, PN
Implementasi program sekolah tanpa sekat melalui sekolah virtual gratis menjadi salah satu upaya Pemprov Jateng untuk memperluas akses pendidikan di Jateng agar semua anak memperoleh hak pendidikan yang layak.
“Program sekolah virtual ini tanpa ada batasan pembiayaan, status sosial, dan ekonomi, termasuk gender dan disabilitas,” kata Ketua Umum Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Jateng Nawal Arafah Taj Yasin di rumah dinas wakil gubernur, Senin (2/11/2020).
Menurut Nawal, rintisan kelas virtual telah dilaunching Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pada 13 Oktober 2020 lalu itu telah diterapkan di SMAN 1 Kemusu Boyolali dan SMAN 3 Brebes. Kedua sekolah pengampu itu masing-masing tercatat 36 siswa dalam satu rombongan belajar.
“Siswa juga diberi fasilitas handphone, kuota data, dan beasiswa. Tentu saja ini merupakan angin segar, secercah harapan bagi anak-anak yang putus sekolah karena alasan biaya. Demikian juga bagi BKOW Jateng yang sedang menggencarkan gerakan pencegahan perkawinan usia anak, program ini merupakan kabar baik. Karena sekolah virtual ini bisa menjadi solusi pencegahan pernikahan dini,” jelasnya.
Saat Webinar dengan tema “Perluasan Akses Pendidikan Melalui Virtual sebagai Perwujudan Sekolah Tanpa Sekat di Jawa Tengah” dengan narasumber Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Padmaningrum dan Ketua Sekolah Lawan Corona Rizky Rahmat Hani itu, Nawal berharap meskipun sacara virtual, dapat dikelola secara profesional.
Sehingga dari sekolah virtual akan lahir generasi milenial yang berperadaban sekaligus mumpuni, untuk menjawab berbagai tantangan global yang semakin berat, di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat.
Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Padmaningrum menegaskan, keberadaan sekolah virtual
Ini tidak mengurangi peminat ataupun mengganggu rekrutmen siswa di sekolah swasta. Karena para siswa sekolah virtual adalah anak usia sekolah yang tidak mendaftar dan tidak mampu sekolah di negeri maupun swasta.
Sementara itu, dalam proses sekolah virtual maupun sekolah dalam jaringan seperti yang diterapkan sejak masa pandemi COVID-19, Padmaningrum meminta semua kepala sekolah dan guru tidak hanya memantau, melainkan harus turun lapangan untuk melakukan evalusi kepada seluruh peserta didiknya.
“Masih banyak siswa dari keluarga miskin, sehingga tidak semua peserta didik mempunyai gawai atau handphone. Bahkan ada pula yang punya gawai tapi dijual oleh orangtuanya untuk makan, ada pula siswa yang membagi waktunya untuk belajar dan bekerja, serta siswa-siswa yang berada daerah terpencil dan sebagainya,” tandasnya.( Ibnu Jibril).