Kabupaten Cirebon, PN
Kali pertama di kepemimpinan Suma,SM Kuwu Desa Sende Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon Periode 2021-2027, Desa Sende Gelar Mapag Sri dengan menampilkan kesenian tradisional Wayang Kulit dan Do’a bersama dan tahlil, yang diikuti oleh unsur Pemerintah Desa Sende dan tokoh masyarakat serta tokoh Agama Desa Sende Jum’at (25/03).
Mapag Sri di Desa Sende Suma,SM jelaskan, dilaksanakan diakhir awal Februari atau Maret, hal tersebut mengacu ketika tanam padi mulai menunjukkan tanda-tanda akan mulai berbuah dan diwaktu itu Mapag Sri di Desa Sende diucapkannya mulai dilaksanakan sesuai dengan adat desa.
“kalau Mapag Sri di desa kami merupakan adat desa, dilaksanakan di akhir bulan dua atau tiga, saat padi mulai menunjukan akan berbuah,”jelasnya.
Dengan dilaksanakannya acara adat Mapag Sri, Suma, SM sampaikan, selain melestarikan adat budaya dari para leluhur Desa Sende yang sudah diterapkan secara turun-temurun, dan Mapag Sri yang saat ini dilaksanakan juga bertujuan untuk mempersatukan para petani di Desa Sende dengan memaknai arti dari Mapag Sri.
“tujuan Mapag Sri, melestarikan budaya atau adat desa, dan kedua mempersatukan para petani Desa Sende, ketiga memetik dari makna Mapag Sri,”ucapnya.
Selain Mapag Sri, terdapat adat maupun budaya yang leluhur Desa Sende lakukan, yakni adat tersebut Sedekah Bumi yang dilaksanakan di bulan November, berbeda dengan Mapag Sri ketika kegiatan sedekah bumi dilaksanakan Kuwu bersama seluruh perangkat desannya mengelilingi atau Napak tilas diwilayah Desa Sende, dan kembali Suma, SM tegaskan hal tersebut tentunya merupakan warisan leluhur yang perlu dilestarikan diwariskan pada generasi penerus.
“dalam setahun ada dua kegiatan adat desa yang dilaksanakan, pertama Mapag Sri dan kedua Sedekah Bumi, kalau sedekah bumi dilaksanakan sekitar bulan November, dan kami bersama perangkat desa, dengan berjalan kaki mengelilingi wilayah Desa Sende dengan pakaian adat,”paparnya.
Tidak hanya pagelaran wayang kulit yang ada pada acara tersebut, akan tetap Pemerintah Desa Sende juga berinisiatif untuk melakukan do’a bersama yang diikuti oleh seluruh pihak pemerintahnya dan tokoh masyarakat serta tokoh agama di desa itu.
“selain pagelaran kesenian tradisional wayang kulit, kami dari Pemdes dserta tokoh masyarakat dan alim ulama melaksanakan do’a bersama dan tahlil, yang pertama malam sebelum kegiatan Mapag Sri berlangsung, dan di Hari Mapag Sri berlangsung,”ungkap Suma,SM.
Selain melestarikan budaya atau adat desa yang dilaksanakan oleh leluhur saat itu melalui acara Mapag Sri, Suma, SM ucapkan dia juga selalu mengharapkan ridho Allah SWT untuk keberhasilan para petani di desanya agar menghasilkan panen yang berlimpah dan terhindar dari sesuatu hal yang buruk dan dapat mengancam keberhasilan petani dalam melaksanakan usahanya.
“kita juga bertawasul kepada Baginda Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya serta pada para Wali Allah, dan hal yang paling utama kita juga selalu bermunajat kepada Allah SWT untuk hasil panen yang berlimpah, yang mana petani Desa Sende Gemah Ripah Loh Jinawi,”paparnya.
Suma, SM juga menambahkan sebelum menutup perbincangannya dengan Harian Pelita News, untuk para petani Desa Sende agar tidak sungkan untuk memberikan masukan ataupun keluh kesahnya kepada pemerintah desa, Suma, SM tegaskan bahwa pemerintah desa akan hadir untuk para petani Desa Sende.
“harapan saya para petani maupun kelompok petani terus bersinergi dengan Pemdes, jangan sungkan-sungkan untuk menyuarakan keluhan dan masukannya untuk pemdes, karena pemdes hadir untuk para petani,”tutup Suma, SM.(Sur)