Kab. Cirebon, PN
Ditengah nelayan menghadapi musim paceklik karena hasil tangkapan kerap nendo (tekor), Jurnalis Cirebon Timur dikesempatannya berbagi nasi bungkus kepada 200 nelayan yang baru mendarat sehabis melaut di perairan Desa Gebangmekar Kecamatan Gebang, Rabu (27/1).
Perwakilan Jurnalis Cirebon Timur, Puguh Purwandono mengatakan, dimasa para nelayan menghadapi kesulitan di musim paceklik ini, tentunya pihaknya turut merasakan apa yang saat ini tengah para nelayan rasakan. Dimana secara berbarengan pula pihaknya mendapat kepercayaan dari Yayasan untuk berbagi dengan menyalurkan paket nasi yang ditujukan untuk para nelayan. Dengan kondisi tersebut pihaknya sangat merasakan apa yang saat ini nelayan rasakan, selain karena faktor cuaca yang kurang bersahabat namun juga berdampak pada hasil tangkapan yang dijual akan berkurang. Terlebih untuk menutupi modal melaut saja masih kurang, apalagi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di rumah. ”Hari ini kita mendapat amanah dari Yayasan YANU untuk bisa berbagi kepada sesama, dan kita memilih berbagi ini kepada nelayan yang ada di wilayah perairan Kecamatan Gebang,” ujarnya.
Sementara tokoh nelayan Gebang, H. Dade Mustofa mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada rekan-rekan Jurnalis Cirebon Timur yang berkenan berbagi kepada para nelayan Gebang dengan pembagian nasi bungkus disaat nelayan turun dari kapal usai melaut. Hal ini merupakan momen yang sangat tepat dimana mereka telah seharian bekerja, terbukti sebanyak 200 nasi bungkus yang dibagikan langsung habis. ”Kebetulan waktunya sangat tepat, mereka pulang melaut setelah seharian bekerja mencari ikan, saat turun kan mereka sedang capek dan lapar,” terangnya.
Lanjut dikatakan Dade, saat ini tengah memasuki musim baratan, dimana ombak dan angin menjadi tantangan para nelayan. Banyak diantara mereka memilih tidak melaut, namun sebagian nekad memilih melaut. Meski saat ini beberapa harga ikan ada yang mengalami kenaikan tetapi juga hasil tangkapan para nelayan terasa sedikit, bahkan terkadang mereka melaut namun hasilnya nendo (tekor) karena hasil jual tangkapan belum bisa untuk menutupi modal melaut. Seperti biaya solar dan makanan yang mereka hutang sebelum berangkat melaut. ”Musim hasil tangkapan melimpah biasanya setelah musim baratan (angin barat) ini berlalu,” jelasnya. (ries)