Kabupaten Cirebon,PN
Para pedagang batik dipasar batik trusmi yang berada di desa Weru Lor Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon mengaku tak merasakan adanya dampak dari adanya Hari Batik Nasional yang diperingati setiap 2 Oktober, mereka mengaku peringatan tersebut tidak mendongkrak penjualan batik.
Pantauan Wartawan Harian Pelita News di pasar batik trusmi pedagang banyak yang mengeluh karena sepinya pengunjung ditambah lagi terlihat masih banyak kios dan los yang kosong belum ditempati para pedagang.
Sepinya pengunjung menjadi penyebab utama sehingga sejumlah pedagang enggan membuka kios dari beberapa kios atau toko yang buka para penjualnya hanya berdiam diri namun sesekali terlihat merapihkan produk batik yang berada dietalase atau rak untuk dijual dan pengunjung yang biasa datang ke pasar batik trusmi merupakan warga dari luar kota dan lebih memilih makanan khas Cirebon yaitu es campur dan empal gentong, kebanyakan cuma lihat lihat saja.
Pedagang atau penjual batik dipasar batik trusmi Us`us Ruchiyat mengatakan semenjak diresmikan oleh mantan Gubenur Jawa Barat Ahmad Heryawan pada tahun 2015, pasar batik trusmi kerap sepi dari aktivitas penjualan bahkan peringatan Hari Batik Nasional yang diperingati 2 Oktober jangan hanya menjadi seremonial belaka seharusnya dapat menumbuhkan rasa kecintaan dan kebanggaan untuk tetap melestarikan warisan budaya yang telah mendunia ini ” penjualan ya tidak ada perubahan apa apa berjalan seperti hari hari biasa sepi aktivitas penjualan, pasar batik trusmi ini menjadi urat nadi bagi perekonomian pedagang, kami sudah coba bertahan dengan tetap membuka kios tetapi tidak ada pembeli yang datang ” katanya pada Harian Pelita News, senin ( 5/10/20 )
” Masyarakat umum, karyawan swasta dan pegawai instansi pemerintahan tergolong jarang membeli batik dipasar batik trusmi meskipun dulu ada Surat Edaran Bupati Cirebon dan Disperdagin Kabupaten Cirebon agar diharapkan khususnya instansi dan pegawai pemerintahan untuk dapat meramaikan dan membeli batik dipasar batik trusmi ternyata tidak juga mempengaruhi penjualan pakaian batik, tetap saja sepi ditambah wabah pandemi covid-19, ibaratnya kami sudah tidak bisa bernafas ” tegasnya.
Saya berharap Pemerintah khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon memberikan perhatian kepada para pedagang batik khususnya para pedagang batik dipasar trusmi yang terancam gulung tikar akibat pandemi covid-19 ” kami butuh perhatian Pemerintah termasuk juga dari Disperdagin Kabupaten Cirebon untuk dapat memberikan nafas panjang terhadap keberadaan para pedagang batik dipasar batik trusmi disituasi pandemi covid-19 ini ” pintanya.
Pemerintah Kabupaten Cirebon termasuk juga Disperdagin Kabupaten Cirebon seharusnya bertanggungjawab untuk berusaha dan berupaya kembali menggaungkan keberadaan pasar batik trusmi melalui beragam acara atau kegiatan serta serangkaian aktivitas diwilayah lingkungan pasar batik trusmi dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan ” langkah ini guna meningkatkan kedatangan pengunjung ke pasar batik trusmi, hal ini sebagai bentuk dukungan kecintaan pemerintah dan masyarakat terhadap batik yang merupakan simbol warisan budaya Indonesia ” tutup Us`us Ruchiyat. ( Nurzaman )
Area lampiran