Pelita News, Indramayu – Direktorat Industri Kecil Menengah Pangan, Furnitur dan Bahan Bangunan (IKM PFBB) Kementerian Perindustrian RI membuka pendampingan teknis produksi dan sistem keamanan pangan produk olahan sari buah di Kabupaten Indramayu. Pendampingan yang diikuti 16 pelaku UKM ini dilaksanakan selama tiga hari tehitung tanggal 23-25 April 2024 di aula Gedung BLK Disnaker Indramayu, Selasa (23/4/2024).
Dalam sambutannya, Direktur IKM PFBB, Yedi Sabaryadi melalui pejabat fungsional pembina industri, Endang Purweni mengatakan pendampingan teknis produksi dan sistem keamanan pangan produk olahan sari buah di Kabupaten Indramayu pelaksanaanya terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama dimulai hari ini tanggal 23-25 April dan tahap kedua dilaksanakan pada tanggal 6-8 Mei 2024.
Menurutnya, ditengah berbagai tantangan ekonomi global mulai dari potensi pelambatan ekonomi, peningkatan terisi geopolitik, risiko inflasi hingga perubahan iklim, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2023 relatif tangguh.
“Memasuki tahun 2024, kita berharap kinerja sektor ekonomi termasuk sektor industri pangan khususnya industri minuman akan tumbuh lebih baik lagi,” kata dia.
Disebutkan, pada era global serta persaingan yang semakin ketat Kementerian Perindustrian terus berupaya memacu kinerja industri makanan dan minuman yang menjadi andalan, karena bernilai tambah dan berdaya saing tinggi.
Pada triwulan ke empat tahun 2023, sektor industri makanan dan minuman menyumbang 39,1 persen dari nilai PDB industri nonmigas atau 6,55 persen dari total PDB nasional.
“Populasi IKM mencapai 4,18 juta unit usaha atau sekitar 99,74 persen total unit usaha industri pengolahan non migas nasional (BPS 2021), jumlah tersebut telah mampu menyerap sebanyak 12,67 juta tenaga kerja (Sakernas BPS 2023),” terang Endang Purweni.
Mengacu kepada hal tersebut dapat dilihat IKM memainkan peran penting sebagai komponen pemberdayaan ekonomi masyarakat di Indonesia. Hanya saja sambungnya, di sisi lain masih banyak permasalahan yang menjadi hambatan bagi kemajuan IKM, diantaranya keterbatasan modal, manajemen yang belum professional, terbatasnya inovasi, serta belum terpenuhinya standar mutu dan legalitas usaha.
“Pendampingan teknis produksi dan sistem keamanan pangan produk olahan sari buah di Kabupaten Indramayu ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sentra IKM sari buah dalam penerapan, teknis produksi dan keamanan pangan,” tandasnya.
Ditambahkan, Indonesia merupakan produsen buah segar ke-8 di dunia dengan produksi sekira 24,9 juta ton per tahun. Dengan gambaran tersebut membuat Indonesia memiliki potensi besar dalam upaya pengembangan industri berbahan baku buah seperti sari buah mentimun, produk buah dalam kaleng, minuman selai dan produk olahan lainnya.
“Jawa Barat merupakan sala satu penghasil buah manga terbesar di Indonesia. Dan berdasarkan catatan BPS pada 2023 produksi buah mangga di Jawa Barat mencapai sekira 451 ton. Dari jumlah tersebut Kabupaten Indramayu menjadi daerah penghasil terbesar hingga mencapai sekira 155 ton per tahun,” tambahnya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Koperasi UKM, Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Indramayu, Indra Mulyana melalui Kepala Bidang Perindustrian, Komaryadi mengaku kegiatan ini sangat bagus karena untuk meningkatkan kualitas olahan produk para pelaku UKM di Kota Mangga Indramayu.
“Kami berharap para peserta bisa memahami tentang branding, produk yang bagus maupun pembahasan lainnya yang disampaikan pemateri, sehingga bisa mengangkat produk-produk olahan mangga Indramayu,” ungkap Komar sapaan akrabnya. (saprorudin)